Nabi dulu belajar akhlak lebih lama dari belajar ilmu. Kalo mau pintar akhlak harus baik. Misal akhlak baik, ilmu InsyaAllah mudah masuk.
Kamu ga bakal kenapa napa kok kalo ngabaikan dia. Liat deh dia yg butuh sama kamu dengan cara wa kamu terus. Kalo dia aja udah ga sopan, ga usah ngerespon dia. Akhlaknya dia ga ada.
Klo km ga tegas ke dia, dia bakal manfaatin km terus dengan dalih sibuk sibuk dan akhirnya merugikan km sndiri pdhal perjuanganmu atau idemu itu pasti udh nyita bnyak waktu dan tenaga kan? Semangatt nder lain kali jangan kasih yaa 🤗 semangatt senderr"~ twitter.
***
**
Berpura-pura tidak tahu itu perlu
***
Tetap peduli dengan siapapun, karena disaat orang yang kita jadikan acuan malah bersikap tidak sesuai ekspektasi kita masih bisa menjalin sosialisasi dengan yang lain, lalu menjalin sosialisasi dengan yang lama setelah situasi membaik.
***
Cara supaya engga insecure adalah ga tau. Kalo ga tau gak akan ngerasa takut, insecure, iri, dengki, dll.
***
Jadi temen aku ngomong tapi lembut banget gitu. Aku curiga dia udah melakukan banyak kegiatan positif sampe kelelahan akhirnya suaranya cenderung lembut gitu deh, bukan sengaja biar bagus. Tapi dianya emang udah melakukan banyak kegiatan sampe cape.
***
Ya Allah, semoga itu semua tidak seperti yg aku pikirkan. Semoga semuanya baik-baik saja.
***
“Hidup ini hanya sekilas. Kita perlu HIDUP dan MENCINTAI di saat ini!”
***
Tidak memaafkan = membawa beban yang berat sendiri
berkubang di dalam dendam hanya akan menghapus kemampuan seseorang untuk berfungsi dengan cara yang sehat. Tidak seperti papan tombol komputer, hidup kita tidak memiliki tombol “batalkan”. (hlm. 133)
Ya, kita mungkin pernah menyakiti, dan dengan mudahnya bisa bilang “Maaf.” Tapi ketika kita disakiti, apakah mudah untuk memaafkan? Jawabannya ada pada diri dan hati kita masing-masing. Maka untuk itulah buku ini hadir. Sesakit-sakit apapun kita dilukai, ketika kita tidak bisa memaafkan, maka hanya kita sendirilah yang dirugikan. Kita hidup dengan membawa beban yang berat. Beban yang kita ciptakan dan kita pikul sendiri. Tapi jika kita bisa memaafkan, maka hidup kita menjadi jauh lebih ringan. Karena yang kita fokuskan hanyalah masa depan.
Perjalanan memaafkan memang tidak mudah. Sebagian besar kisah penulis-penulis di buku ini pun butuh waktu lama bahkan puluhan tahun sampai akhirnya mereka bisa memaafkan. Ketika mereka merenung, dimotivasi oleh orang-orang baik di sekitarnya, dan memohon dengan berdoa pada Tuhan, mereka perlahan-perlahan mulai bisa melepaskan beban-beban luka masa lalu.
“… Kau harus memutuskan bahwa permintaan maaf tidaklah diperlukan. Mungkin kau tidak akan pernah mendapatkannya, dan jika kau terus menunggu untuk sesuatu yang tidak pernah datang, kau tidak akan pernah bisa melanjutkan hidup.” (hlm. 191)
***
Manusia itu diverse banget dan sumber kecemasannya berbeda-beda.
***
Kuncinya adalah memaafkan. Maafkan orang yg menyakitimu. Dan fokus pada mimpimu. InsyaAllah kebahagiaan menghampirimu.